Frimori dan sensasi Big Bike Honda.

Kemarin (4/10) teman-teman blogger dan vlogger di undang oleh PT AHM untuk acara Frimori sekaligus kunjungan ke Dealer Agung Motor di Cipanas Puncak. Meeting point riding group start dan finish di Astra Biz Center BSD.

Turing kali ini sedikit berbeda karena PT. AHM malah menyediakan Big Bike, dari Africa Twin 1000, CRF250, NC750X, CB650, CB650F, CB500R, CB500X, CB500, dan si bungsu CBR250RR.

Saya sendiri kebetulan menggunakan CBR500R, setelah Den Dimas nggak tega ngeliat saya tengkurep di atas tangki CBR250RR 😉 dan akhirnya kita tukeran motor. Mengendarai CBR500R ternyata lebih nyaman posture ridingnya, dan sudah pasti tarikannya juga lebih bertenaga.

CBR500R, jika di lihat memang terlihat kalem, kalau boleh di bilang bentuknya justru mirip CBR150R, yang membedakan dimensinya memang lebih bongsor. Dengan didukung mesin 500cc DOHC (mampu menghasilkan 35kw dan konsumsi bahan bakar 26,8 km/liter dengan mode WMTC) dan rangka besi diamond tube CBR500R menjadi lebih aerodinamis untuk melesat sempurna. Waktu group riding ke Cipanas, cukup isi full Pertamax sudah bisa PP.

CBR500R dilengkapi dengan mesin 8-valve liquid-cooled parallel twin mampu menghasilan layout yang memberikan keseimbangan sempurna untuk ukuran tubuh dan performa yang fleksibel. Proporsi segitiga dari crankshaft, main shaft dan countershaft setipe dengan mesin Honda four-cylinder RR dan didukung banyak dari struktur dalam dan rekayasa teknik diadopsi langsung dari CBR600RR dan CBR1000RR. Pantas saja jika CBR500R ini lebih nyaman jika di bandingkan dengan adiknya CBR250RR jika di gunakan untuk touring seperti ke puncak yang di beberapa titik banyak di temui kemacetan.

Mengendarai motor ini dengan tinggi badan 165cm masih terasa nyaman, hal ini berkat posisi stang yang relatif tinggi, CBR500R sendiri memiliki Ketinggian jok 785mm, tidak jauh berbeda dengan yang biasa mengendarai Honda PCX150 atau ADV150.

Sentralisasi massa dimana mesin sangat dekat dengan titik swingarm pivot memberikan kelincahaan saat bermanuver dan optimalisasi distribusi beban depan / belakang menghasilkan stabilitas sempurna, meskipun memiliki berat kotor 194 kg. Perjalanan menuju Puncak Pass terasa tidak menguras tenaga.

Hal yang perlu di perhatikan mengendarai sepeda motor dengan kubikasi mesin besar adalah posture riding yang tepat, bagaimana kita memposisikan badan kita agar nyaman di atas jok, dengan tenaga yang besar tentu tehnik braking juga harus tepat. Pasti godaan untuk membuka throtle gas yang lebih besar akan muncul, disini kita harus perhatikan faktor keamanan di lingkungan jalan dan kondisi di depan. Dan yang paling penting adalah defensive dan safety selama di jalan..

Pukul 16.00 akhirnya kita kembali dari Cipanas, menikmati cornering puncak dan menikmati macetnya kota Bogor hingga finish di Astra Biz Center – BSD.

Foto Galeri :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *